Kegiatan agen ialah memamerkan barang dagangan dan menangani pesanan pelanggan, mereka tidak mempunyai persediaan untk memenuhi pesanan pelanggan ataupun untuk menangani kredit pelanggan. Biasanya pencatatan akuntansi yang dibutuhkan untuk kegiatan agen ini hanya penerimaan dan pengeluaran kas, yang diperlakukan sama seperti sistem kas kecil (petty cash). Sebaliknya, kantor cabang memiliki persediaan, melakukan penjualan kepada pelanggan, menangani kredit pelanggan, menagih piutang, mencatat biaya yang terjadi, dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan suatu perusahaan. Kegiatan kantor cabang yang besar kebanyakan merupakan hasil dari penggabungan usaha, di mana perusahaan yang survive membuka kantor cabang untuk diperbantukan dalam operasi perusahaan gabungan yang telah dibubarkan. Dalam hal ini system informasi yang ada bisa dikonversikan dengan sedikit penyesuaian menjadi sistem akuntansi kantor pusat dan cabang. Metode penggabungan sistem akuntansi ini banyak membawa penghematan karena terhindar dari perubahan besar pada sistem akuntansi yang ada dan gangguan pada operasi usaha. Metode ini juga memudahkan untuk menutup kantor cabang jika diketahui tidak menguntungkan. Sistem akuntansi untuk perusahaan yang letaknya berjauhan apakah itu agen atau kantor cabang, harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi yang diperluka bias didapat dengan biaya seekonomis mungkin. Agen tidak memerlukan system akuntansi yang lengkap untuk mencatat kegiatan-kegiatan nya terbatas. Biasanya pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas sudah cukup untuk akuntansi agen. Pencatatan atas kegiatan agen harus dilakukan oleh system akuntansi pusat. Apabila informasi rinci mengenai agen tidak terlalu diperlukan penjurnalan untuk mencatat kegiatan agen sbb : Modal kerja agen Rp. 5.000.000 Kas 5.000.000 (Untuk mencatat transfer kas kea gen) Persediaan contoh-agen Rp. 9.000.000 Barabg dagangan (atau pembelian) 9.000.000 (untuk mentransfer barang dagangan contoh kea gen) Biaya gaji Rp. 2.200.000 Biaya utilitas 700.000 Biaya iklan 1.200.000 Biaya lain-lain 300.000 Kas 4.400.000 (Untuk mencatat biaya yang terjadi di agen dan penggantian modal kerja) Biaya iklan Rp. 3.000.000 Persediaan contoh 3.000.000 (Untuk menyesuaikan persediaan contoh dengan nilai sebenarnya dan untuk membebankan pencatatannya pada biaya iklan) Jurnal tersebut digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran dank as dan barang dagangan yang dimiliki agen. Sistem yang dijelaskan di atas tidak cukup untuk melakukan control efektif atas pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan agen untuk mengukur kontribusi kegiatan agen pada pendapatan pusat. Ayat jurnal untuk system pencatatn agen yang lebih luas berikut ini. Jurnal ini memperlakukan aktiva tetap agen penjual Neon secara terpisah. Penjualan harga pokok penjualan dan informasi biaya ditunjukan dengan basis agen . Tanah-agen Neon Rp 2.000.000 Bangunan-agen Neon Rp 18.000.000 Kas Rp 20.000.000 (Untuk membeli fasilitas untuk agen) Modal kerja agen Neon Rp. 4.000.000 Kas Rp 4.000.000 (Untuk mencatat transfer kas ke agen Neon) Persediaan contoh agen Neon Rp. 8.000.000 Barang dagangan Rp 8.000.000 (Untuk mencatat transfer persediaan contoh) Biaya gaji-agen Neon Rp. 3.000.000 Kas Rp 3.000.000 (Untuk mencatat pemabayaran gaji karyawan agen) Piutang dagang Rp. 12.000.000 Penjualan Rp 12.000.000 (Untuk mencatat penjualan kredit yang dilakukan oleh agen Neon) Harga Pokok Penjualan-agen Neon Rp. 6.000.000 Barang dagangan Rp 6.000.000 (Harga pokok persediaan yang dijual agen Neon) Biaya promosi-agen neon Rp 1.800.000 Biaya utilitas Rp 400.000 Biaya lain-lain agen neon Rp 300.000 Kas Rp 2.500.000 (Untuk mencatat pengantian modal kerja agen) Biaya peyusutan-agen Neon Rp. 900.000 Akumulasi penyusutan-agen Neon Rp 900.000 (Untuk mencatat penyusutan gedung agen) Biaya promosi-agen Neon Rp. 1.000.000 Persediaan contoh agen Neon Rp 1.000.000 (Untuk mencatat nilai persediaan contoh pada nilai yang dapat direalisasikan) Jurnal yang diberikan diatas adalah contoh bagaimana system akuntansi dapat diperluas untuk memberikan informasi terpisah mengenai kegiatan agen. Untuk perusahaan yang memiliki banyak agen pengumpulan informasi dengan bantuan teknologi computer sangat praktis dan tidak mahal. Akuntansi kantor cabang membagi system akuntansi perusahaan secara terpisah antara kantor pusat dengan kantor caban. Kantor pusat terdiri dari unit akuntansi pusat untuk perusahaan, sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan system akuntansi untuk mencatat kegiatan setiap cabang.Sistem kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan unuk tujuan akuntanssi dan pelaporan internal, teapi laporan keuangan pusat dan cabang harus digabung yntuk memenuhi kebutuhan akan pelaporan keuangan. Transaksi antara Kantor Pusat dan Cabang Transaksi antara kantor pusat dengan satuan usaha eksternal lainnya dicatat dengan prosedor akuntansi kantor pusat. Pembentukan kantor cabang yang baru memerlukan pencatatan, baik dalam buku kantor pusat maupun buku cabang.Asumsi PT Enerton mendirikan kantor cabang di Surabaya dengan menstranfer kas sebesar Rp 5.000.000 dan perlengkapan Rp 10.000.000 kepada manajer kantor cabang. Ayat Jurnal pada buku kantor pusat dan cabang masing-masing : Buku kantor Pusat : Cabang Surabaya Rp 15.000.000 Kas Rp 5.000.000 Peralatan Rp 10.000.000 Untuk mencatat penerimaan kas dan peralatan dari kantor pusat Buku kantor Cabang Kas Rp 5.000.000 Peralatan Rp 10.000.000 Kantor Pusat Rp 15.000.000 Untuk mencatat penerimaan kiriman dari kantor pusat Akun cabang pada buku kantor pesat adalah aktiva yang mencerminkan investasi dilakukan kantor pusat dalam aktiva. Akun Kantor Pusat pada buku cabang adalah akun yang menggambarkan modal kantor pusat dalam aktiva bersih. Transaksi jenis kedua yang terjadi antara kantor pusat dengan kantor cabang adalah transaksi pengirman barang dagangan. Manajer kantor cabang ada yang memliki wewenang untuk membeli pemasok luar. Apabila PT Enervon mengirim barang dagangan ke cabang Surabaya dengan harga pokok Rp 8.000.000, maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Buku Kantor Pusat : Cabang Surabaya Rp 8.000.000 Pengiriman ke Cabang Surabaya Rp 8.000.000 Untuk mencatat pengiriman barang pada harga pokok ke cabang Surabaya Buku Kantor Cabang : Pengiriman dari kanto Pusat Rp 8.000.0000 Kantor Pusat Rp 8.000.000 Kantor mencatat penerimaan kiriman dari kantor pusat Banyak perusahaan menggunakan harga transfer di atas harga pokok untuk mengirim internal ke cabang-cabang mereka. Beberapa perusahaan menetapkan harga transfer pada harga jual normal, sementara yang lainnya menggunakan mark-up standar. Ada juga perusahaan yang menetapkan harga transfer di atas harga pokok. Alasan yang mendasari penetapan harga transfer di atas harga pokok, antara lain adalah agar alokasi pendapatan antarunit dalam perusahaan dilakukan dengan wajar, agar harga persediaan ditetapkan dengan efisien dan agar margin laba dari tiap-tiap cabang diungkapkan dengan sebenarnya. Ketika kantor pusat mengirim barang dagangan kepada cabangnya dengan harga transfer di atas harga pokok, pencatatan akuntansi pada buku kantor pusat harus disesuaikan dengan biaya aktual dari barang yang dikirim. Buku Kantor Pusat Cabang Tegal Rp 120.000.000 Pengiriman ke Cabang Tegal ( harga pokok ) Rp 100.000.000 Laba belum direaliasasi Cabang Tegal Rp 20.000.000 Pengiriman dari kantor pusat Rp 120.000.000 Kantor pusat Rp 120.000.000 Ketika cabang menerima barang pada harga transfer yang mencangkup laba belum direalisasi dan menjualnya, maka HPPnya menjadi terlalu tinggi (overstated) dan labanya terlalu rendah (understated). Kantor pusat mencatat laba atau rugi pada cabang berdasarkan laporan pendapatan yang dibuat oleh cabang, sehingga jika cabang dilaporkan terlalu rendah, maka laba cabangnya yang dicatat kantor pusat menjadi terlalu rendah juga. Penilaian laba cabang yang terlalu rendah ini dikoreksi melalui ayat jurnal penyesuaian. Buku Kantor Pusat Cabang Tegal Rp 120.000.000 Pengiriman ke Cabang Tegal ( harga pokok ) Rp 100.000.000 Laba belum direaliasasi Cabang Tegal Rp 20.000.000 Buku Kantor Cabang Tegal Penjualan Rp 160.000.000 Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 120.000.000 Biaya Rp 30.000.000 Kantor Pusat Rp 22.000.000 Penjualan Rp 160.000.000 Persediaan 31 Desember19X1 Rp 12.000.000 Pengiriman dari Kantor Pusat Rp 120.000.000 Biaya Rp 30.000.000 Kantor Pusat (Mencerminkan laba kantor cabang) Rp 22.000.000 Cabang Tegal Rp22.000.000 Laba Cabang Tegal Rp22.000.000 Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp18.000.000 Laba Cabang Tegal Rp18.000.000 Setelah ayat jurnal dibukukan, akun laba belum terealisasi akan memiliki saldo Rp 2.000.000,00 sama dengan saldo laba yang belum direalisasi pada persediaan cabang tegal. Akun laba cabang menunjukkan saldo Rp 40.000.000,00. Dengan menambahkan Rp 40.000.000,00laba cabang ke laba kantor pusat, maka jumlah totalnya adalah laba bersih gabungan untuk perusahaan itu. Jurnal akhir tahun adalah sama, hanya perbedaan ada pada persediaan awal pada harga transfer untuk kantor cabang, dan Kantor pusat saldo awal pada akun "tambahan laba cabang" yang sama dengan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang. Beberapa perusahaan mencatat pengiriman barang ke cabang berdasarkan harga penagihan dan menyesuaikan akun laba belum direalisasinya hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat pendekatan ini digunakan, saldo akun laba belum direalisasi selama periode akuntansi mencerminkam kalau laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang, dan akun pengiriman ke cabang mencakup laba belum direalisasi untuk periode berjalan. Cabang Tegal Rp120.000.000 Pengiriman ke Cabang Tegal Rp120.000.000 Pengiriman ke Cabang Tegal Rp20.000.000 Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp20.000.000 Laba belum direalisasi Cabang Tegal Rp18.000.000 Laba Cabang Tegal Rp18.000.000
Written by viva la vida in
Akuntansi Keuangan Lanjutan I
PERUSAHAAN PERSEKUTUAN: AGEN, KANTOR PUSAT-CABANG
AGEN PENJUALAN DAN KANTOR CABANG
PEMBUKUAN AGEN PENJUALAN
Pembentukan modal kerja agen :
Transfer persediaan contoh kepada agen :
Pengantian dana modal kerja agen pada akhir bulan atau tahun :
Penyesuaian persediaan contoh agen pada akhir bulan atau tahun :
Membeli tanahdan bangunan untuk agen Neon :
Membentuk modal kerja agen :
Transfer barang dagangan kea gen :
Pembayaran gaji karyawan agen :
Pesanan penjualan dari agen telah diarsipkan dan dilakukan penagihan :
Penggantian modal kerja agen pada akhir tahun :
Pencatatan penyusutan gedung agen :
Persediaan contoh agen disesuaikan agar mencerminkan pemakaian :
SISTEM AKUNTANSI KANTOR CABANG
PENGIRIMAN BARANG DAGANGAN DI ATAS HARGA POKOK
Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Pokok
Jurnal mencatat pengiriman ke Cabang Tegal 120% dari harga pokok
Jurnal mencatat penerimaan persediaan dari kantor pusat
Jurnal sebelum penyesuaian
Jurnal untuk menutup akun nominal dan mentransfer saldo ke akun kantor pusat
Jurnal mencatat laba cabang dan memperbaharui akun cabang
Jurnal untuk menyesuaikan akun laba belum direalisasi dan laba cabang
Pengiriman ke Cabang Dicatat pada Harga Penagihan ( Billing Price )
Jurnal pengiriman barang ke Cabang Tegal dengan harga penagihan. ( dengan jurnal ini saldo Kantor pusat dan Cabang Tegal akan sama )
Jurnal menyesuaikan pengiriman dengan basis biaya
Jurnal menyesuaikan laba cabang atas realisasi mark-up pada pengiriman ke cabang
Artikel Terbaru
Search Here:
Kategori Artikel:
Akuntansi Internasional
(9)
Akuntansi Keuangan Lanjutan I
(7)
Akuntansi Manajemen
(4)
Akuntansi Sektor Publik
(4)
Home
(1)
Kewarganegaraan
(2)
Koperasi dan UMKM
(8)
Manajemen Biaya
(5)
Manajemen Keuangan
(5)
Metode Penelitian Bisnis
(2)
Pasar Keuangan dan Lembaga Keuangan
(9)
Pengantar Hukum Bisnis
(1)
Pengauditan
(16)
Pengauditan Data Elektronik
(6)
Perekonomian Indonesia
(7)
Praktikum Pengauditan
(1)
Sistem Informasi Akuntansi
(10)
Sistem Informasi Manajemen
(10)
software
(6)
Sport
(5)
Teori Akuntansi
(13)
z-serbaserbi
(1)
z-tutorialblog
(3)
Blog Archive
Other Language:
by : BTF
kumpul blogger
Adsensecamp
Total Tayangan Halaman
kumpulan artikel ekonomi, dan materi kuliah ekonomi
ekonomister.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.